Masa Depan Representasi Perempuan dalam Sastra Arab
Oleh: Fajar Melda Kharisma (Mahasiswi Bahasa dan Sastra Araba UAD)
Sastra arab merupakan bentuk warisan Intelektual dan budaya dalam sentral membentuk pemikiran serta identitas masyarakat Arab. Perempuan telah lama menjadi subjek dalam sastra Arab, mulai dari puisi pra-Islam (Jahiliyah), sastra klasik, hingga sastra modern. Namun, representasi mereka sering kali terikat oleh norma-norma patriarki, struktur sosial, dan persepsi gender di era tertentu.[1] Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap Individu memiliki kaca mata masing-masing mengenai Perempuan, Ahmad Muhammad Salim dalam bukunya “Al-Mar’ah Fi al-Fikri al-Arabi al-Hadits” menggambarkan kondisi perempuan yang amat rendah selayaknya hewan dalam kurung, yang berarti perempuan hanya dijadikan objek kesenangan untuk memenuhi hasrat biologis kaum adam. Beberapa karya sastra Arab merepresentasikan represi yang dialami Perempuan, Jurnal Nasr ad-Din Ibrahim Ahmad Husen dalam syair-syair arabnya mengungkap bahwa melalui kesusastraan dan kesenian perempuan mampu bersuara dan mengambil peran progresif dalam lingkungan kehidupan sehingga derajat perempuan tidak dianggap rendah dan tidak selalu dijadikan objek negative. [2]
Penulis Sastra Arab Perempuan
Dalam sastra Arab kontemporer banyak Penulis Perempuan Arab yang berusaha keras untuk terlibat dalam perlawanan memperjuangkan hak-haknya. [3] Dengan munculnya kebangkitan sastra tersebut menjadi sarana selfexspression (ekspresi diri) dan kritik sosial. Penulis Perempuan yang mengambil langkah aktif yaitu: Nawal as-Sa’adawi, berasal dari keluarga tradisional dan religious. Lahir di Kafr Tahla, Kairo pada tanggal 27 Oktober 1931 sosok yang tumbuh dalam negara dibawah kolonialisme. Nawal merupakan tokoh feminis Mesir yang konsisten membicarakan isu-isu feminis. Tulisan-tulisannya banyak tersebar dan diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Karya-karyanya juga banyak memberikan pengaruh kepada generasi-generasi berikutnya. Berikut ini beberapa karyanya AlGhaib, Mudzakarat Thabibah, Mudzakarat fii Sijni Nisa, Al-Aghniyat Ad-Dairiyahh, Hanan Qalil, Al-Warthah, Jannat wa Iblis, dan Mautu Ar-Rajul Al-Wahid „Ala AlArdhi.
Layla Ba’labakki, lahir di Lebanon Selatan pada tahun 1936. Dalam novel pertamanya yang berjudul Ana Ahya (I Am Alive, 1958) dengan tokoh utama Lina, novel ini menceritakan tuntutan Lina akan kebebasan pribadi dan pemenuhan diri dalam lingkungan konservatif baik dalam lingkungan keluarganya maupun di luar keluarga. Ana Ahya merupakan novel pertama yang menggambarkan tema yang tak berujung pangkal. Lina tidak dapat menemukan penyelamatnya karena setiap orang memandangnya hanya sebagai seorang perempuan dan sebagai seseorang yang tak perlu dihiraukan. Novel ini ingin menggambarkan bagaimana seorang Perempuan ingin menuntut dan diakui kebebasan sosial mereka. Dan dalam novel keduanya, alAlihah al-Mamsukhah (The Disfigured Gods, 1960) Ba‟labakki menceritakan bagaimana orang Timur mumuja tubuh wanita dan mengagungkan masa lalu dan kematian. Dalam novel keduanya ini, bagian terpenting dari tubuh seorang wanita adalah selaput daranya. Dan Ba‟labakki dalam novel ini menitikberatkan pada sebuah obsesi akan kesucian (keperawanan) seorang gadis. Penulis-penulis pada periode ini menunjukkan reaksi negatif yang diterima oleh kaum perempuan sebab sistem patriarki. Melalui pahlawan-pahlawan mereka yang direfleksikan melalui tokoh protagonis dalam karyanya, mereka menuntut hak untuk menentukan nasib sendiri dalam hal aktivitas sosial, seksualitas dan politik.
Kesimpulan
Meskipun tantangan tetap ada, masa depan representasi perempuan dalam sastra Arab terlihat menjanjikan. Penulis perempuan akan terus memanfaatkan berbagai platform untuk mengeksplorasi identitas, peran, dan suara mereka. Sastra Arab modern dapat menjadi alat penting untuk transformasi sosial, memberikan ruang bagi dialog yang lebih luas tentang keadilan gender dan hak asasi manusia.
[1] Cahya Buana, “Sastra Arab Klasik Seri Jahiliyah” (Literasi Nusantara, 2021).
[2] Langgeng Prima Anggradinata, “Representasi Citra Perempuan Dalam Novel Memoar Seorang Dokter Perempuan Karya Nawal El Saadawi,” Jurnal Salaka: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Budaya Indonesia 4, no. 2 (2022): 103–12.
[3] Sastra Arab Masa Jahiliyah and Masa Islam, “PENULIS ARAB PEREMPUAN,” n.d.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow