Menu
Close
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Fakultas Agama Islam UAD

Revolusi Akhlak dengan Pedoman Al-Qur’an dan Sunnah

Revolusi Akhlak dengan Pedoman Al-Qur’an dan Sunnah

Smallest Font
Largest Font

Oleh: Suhardin (Anggota RPK PK IMM FAI UAD 2024-2025)

Pendahuluan

Revolusi Akhlak dengan berpedoman pada Al-Qur'an dan Sunnah menjadi sebuah panggilan mendalam dalam menjawab tantangan zaman modern. Al-Qur'an dan Sunnah, sebagai sumber nilai dan norma, menyediakan landasan kokoh bagi perubahan sosial yang bermartabat. Dalam konteks ini, revolusi bukan sekadar transformasi individual, melainkan juga suatu evolusi kolektif menuju kebaikan.

Ajaran suci ini membimbing kita untuk membentuk karakter yang tangguh dan berintegritas, memperkuat landasan moral dalam segala aspek kehidupan. Dengan meresapi nilai-nilai Qur'ani, revolusi akhlak ini bukan hanya perubahan perilaku, tetapi pula langkah monumental menuju keselarasan masyarakat yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

Akhlak adalah istilah dalam bahasa Arab yang merujuk pada perilaku, karakter, atau moral seseorang.[1] Akhlak menjadi cerminan pada diri seseorang; dengan akhlak, seseorang bisa menjadi mulia dan bisa menjadi hina, sesuai dengan akhlak yang diterapkan. Oleh karena itu, Al-Qur’an mengajarkan manusia melalui ayat-ayatnya dan sunnah melalui perilaku baginda Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam tentang cara berinteraksi sesama manusia maupun terhadap makhluk hidup lainnya. Tujuannya adalah agar terjalin hubungan erat dan tidak merugikan antara satu dan lainnya.

Di era modern saat ini, krisis moral sangatlah tinggi, seperti yang terjadi di Indonesia. Dalam sebuah penelitian, menyatakan bahwa krisis moral dapat merusak budaya Indonesia karena menyebabkan degradasi, kemunduran, dan penurunan nilai yang berpotensi mengancam keutuhan dan ketahanan budaya.[2]

Dengan demikian, perlu adanya upaya yang dapat mendorong terwujudnya akhlak yang terpuji sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan sunnah, yaitu dengan cara mendorong pendidikan akhlak yang lebih mendalam berdasarkan pedoman Al-Qur'an dan Sunnah, mengintegrasikan nilai-nilai moral Islam dalam kurikulum pendidikan, baik di sekolah maupun lembaga pendidikan lainnya, serta memotivasi masyarakat untuk mengimplementasikan ajaran agama dalam setiap aspek kehidupan serta interaksi sosial.

 

Pendidikan Akhlak dalam al-Quran

Pendidikan akhlak sangatlah penting sejak usia dini pada setiap anak. Dengan pendidikan akhlak, mampu membentuk karakter yang baik, memperkuat nilai-nilai moral, dan mengarahkan individu menuju perilaku yang terpuji dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Al-Qur’an telah memberikan bagaimana cara mendidik akhlak, sebagaimana dijelaskan dalam surah Al-Luqman ayat 13-19 sebagaai berikut:

وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗ    اِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

“(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya, “Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman [31]:13)

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

“Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali.” (QS. Luqman [31]:14)

وَاِنْ جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا ۖ    وَّاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّۚ  ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

“Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak punya ilmu tentang itu, janganlah patuhi keduanya, (tetapi) pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beri tahukan kepadamu apa yang biasa kamu kerjakan.” (QS. Luqman [31]:15)

يٰبُنَيَّ اِنَّهَآ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُ ۗ    اِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ

(Luqman berkata,) “Wahai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu, di langit, atau di bumi, niscaya Allah akan menghadirkannya (untuk diberi balasan). Sesungguhnya Allah Maha lembut lagi Mahateliti.” (QS. Luqman [31]:16)

يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ

“Wahai anakku, tegakkanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (harus) diutamakan.” (QS. Luqman [31]:17)

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ

“Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.” (QS. Luqman [31]:18)

وَاقْصِدْ فِيْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَۗ اِنَّ اَنْكَرَ الْاَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ

Berlakulah wajar dalam berjalan dan lembutkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman [31]:19)

Ayat diatas menjelaskan tentang bagaimana Luqman ‘alaihi salam mendidik anaknya tentang akhlak yang terpuji yang mempunyai makna yang begitu mendalam. Buya Hamka dalam tasirnya al-Azhar, beliau menyatakan bahwa jika memperhatikan tujuh ayat wasiat Luqman, dapat disimpulkan bahwa ayat-ayat tersebut menjadi dasar pendidikan bagi seorang Muslim. Mereka bisa menginspirasi dalam membimbing anak-anak Muslim, mencakup dasar akidah dan nilai-nilai moral.

Ayat-ayat ini juga menekankan dasar utama dalam rumah tangga Muslim, seperti sikap hormat, cinta, dan kasih sayang anak kepada orang tua. Dijelaskan bahwa masa pengasuhan yang baik oleh ibu adalah dua tahun, tidak terlalu cepat atau lambat. Pedoman diberikan untuk menangani perselisihan antara orang tua dan anak yang telah menerima agama yang benar. Meskipun cinta tetap ada, namun kecintaan kepada orang tua tidak boleh mengalahkan keimanan. Dianjurkan untuk bertindak baik dan sesuai syari’at kepada kedua orang tua.

Umar bin Khattab memberikan petunjuk tentang mendidik anak dengan mengajar dan membimbing sesuai dengan zaman. Pada ayat keenam belas, disarankan untuk selalu berbuat baik dalam hidup. Jika seseorang tidak berbuat baik, apa lagi yang dapat dilakukannya? Pilihlah pekerjaan baik, meski dianggap kecil oleh orang lain, karena di sisi Allah, itu tak akan terlupakan.

Pesan ayat ke-16 ini mendorong orang untuk bekerja sesuai bakat dan kemampuan. Salat dianggap sebagai tiang agama, membentuk karakter agar siap menghadapi berbagai masalah dalam hidup. Harus berani menyuarakan kebaikan, mencegah keburukan, dan tabah. Adab sopan-santun dalam bergaul juga diingatkan, yakni menghadapi orang dengan sepenuh hati, tidak bersikap sombong, bertindak sederhana, dan suara yang lembut. Semua ini mencerminkan akhlak yang mengajarkan rendah hati dan tinggi cita-cita, bukan merendahkan diri atau berlebihan. Ini adalah hikmah dari Luqman Al-Hakim.[3]

Dari ayat di atas dan penjelasan ulama, dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak sangatlah penting sejak usia dini. Wasiat Luqman dalam tujuh ayat mencakup dasar pendidikan Muslim, memberikan inspirasi dalam membimbing anak-anak, dan menekankan nilai-nilai akidah serta prinsip-prinsip rumah tangga. Pesan ini menggambarkan akhlak rendah hati dan cita-cita yang tinggi, memandang masa pengasuhan ibu, menangani perselisihan dengan bijak, dan mengutamakan keimanan di atas segalanya.

Umar bin Khattab memberikan panduan tentang mendidik anak sesuai zamannya, sementara ayat ke-16 mendorong berbuat baik, memilih pekerjaan baik, dan menekankan pentingnya shalat sebagai tiang agama. Semua ini merangkum hikmah dari Luqman Al-Hakim. Semua ini adalah pelajaran luar biasa yang Allah berikan melalui perantara hambanya yang mulia yaitu Luqman alaihi salam, yang sangat perlu untuk dicontoh dalam mendidik anak-anak agar terciptanya generasi berakhlakul Qur’ani.

Pendidikan Akhlak Dalam Sunnah

Sebagai umat islam sudah selayaknya untuk meneladani akhlak Rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik perkataan maupun perilaku. Meneladani beliau sangat penting sebagai contoh teladan dalam kehidupan sehari-hari. Beliau adalah suri tauladan yang membimbing umat Islam dalam berbagai aspek, termasuk akhlak, kesabaran, dan kebijaksanaan. Meneladani beliau tidak hanya menguatkan ikatan spiritual dengan Allah, tetapi juga memandu kita untuk menjadi pribadi yang berintegritas, penuh kasih sayang, dan memberikan kontribusi positif dalam masyarakat. Sebagaiamna firman Allah subhanahu wata’ala sebagai berikut:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab [33]:21)
            Oleh sebab, itu sangat penting untuk mempelajari akhlak mulia beliau, yaitu dengan cara mempelajari kisah-kisahnya dan mempelajari hadits-haditsnya. Berikut contoh hadits yang menceritakan akhlak mulia beliau, dan hadits tentang keutamaan berakhlak mulia:

Hadits Kerendahhatian Nabi

“Dari Ibnu Abi Aufa, Rasulullah tidak merasa tinggi dan sombong beliau berjalan bersama wanita-wanita janda dan kaum fakir miskin, kemudian baru melaksanakan keperluannya.” (HR.Ibnu Hibban)

 Al-Hasan menuturkan tentang kehidupan Rasulullah. Kakeknya, “Demi Allah, beliau tidak pernah mengunci pintu rumahnya, tidak berdiri di balik satirnya, dan tidak makan dengan memakai mangkok besar atau peralatanmewah lainnya. Tetapi beliau selalu membuka diri. Siapa saja yang maubertemu Rasulullah, pasti dapat menemuinnya dengan mudah. Beliau dudukdanmenghidangkan menu makanannya di atas lantai. Beliau juga biasa memakai pakaian tebal dan kasar, menunggang keledai dan memboncengkan orang lain di belakangnya. Demi Allah,setelah makan beliau menjilat tanganya (HR.An- Nasa’Idalam As-Sunan Al-Qubra)[4]

Hadits Keutamaan Berakhlak Mulia

Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling bagus akhlaknya di antara kalian.” (HR. Tirmidzi)[5]

Dari dua hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa akhlak yang luhur dan sikap kerendahhatian menjadi inti ajaran dan teladan dari perilaku Rasulullah. Ketika beliau berjalan bersama wanita-wanita janda dan kaum fakir miskin sebelum melaksanakan keperluannya, beliau menunjukkan sikap rendah hati dan kepedulian terhadap semua lapisan masyarakat. Gaya hidup sederhana Rasulullah yang tidak mengunci pintu rumah, berbaur dengan orang-orang dari berbagai latar belakang, dan menjilat tangannya setelah makan, mencerminkan kesederhanaan dan kerendahhatian yang patut dicontohkan.

Hadits tentang keutamaan berakhlak mulia memperjelas bahwa keindahan budi pekerti menjadi faktor penentu kecintaan Rasulullah pada hari kiamat, menegaskan bahwa kualitas akhlak yang baik memiliki bobot penting dalam nilai spiritual. Oleh karena itu, umat Islam diarahkan untuk meneladani sikap dan akhlak mulia Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari, mengutamakan kepedulian, rendah hati, dan kebaikan budi pekerti sebagai fondasi utama dalam berinteraksi dengan sesama.

Langkah Dalam Merealisasikan Akhlak Qur’ani

Al-Qur’an telah memberikan petunjuk tentang cara mendidik yang baik dan benar. Baginda Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan contoh dalam merealisasikannya. Lantas, mengapa krisis moral saat ini terjadi? Apa yang harus dilakukan? Ada beberapa cara yang perlu dilakukan dalam menangani masalah ini:

Pertama,  menciptakan pendidikan akhlak yang lebih mendalam berdasarkan pedoman Al-Qur'an dan Sunnah, yaitu dengan menanamkan nilai-nilai Qur’ani pada setiap anak. Ini dapat dilakukan melalui integrasi nilai-nilai moral dan etika Islam ke dalam kurikulum pendidikan, serta penyusunan mata pelajaran khusus, yang membahas pendidikan akhlak berdasarkan ajaran Al-Qur'an dan Sunnah.

Kedua, memotivasi masyarakat untuk mengimplementasikan ajaran agama dalam setiap aspek kehidupan, yaitu dengan melakukan sosialisasi langsung tentang urgensi menciptakan lingkungan positif yang berlandaskan pada ajaran Al-Qur'an dan Sunnah. Langkah ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, memberikan contoh yang baik bagi generasi selanjutnya, serta berpotensi membawa dampak positif ke depannya.

Kesimpulan

Kesimpulan dari tulisan ini adalah menekankan bahwa revolusi akhlak, berbasis pada ajaran Al-Qur'an dan Sunnah, bukan hanya transformasi individu, tetapi juga evolusi kolektif menuju kebaikan dan pembentukan karakter tangguh. Al-Qur'an dan Sunnah sebagai sumber norma memberikan landasan kuat bagi perubahan sosial yang bermartabat. Akhlak, sebagai cerminan moral dan perilaku, dipengaruhi oleh nilai-nilai Al-Qur'an dan Sunnah, membentuk interaksi harmonis dengan sesama dan lingkungan.

Krisis moral modern membutuhkan pendekatan mendalam, termasuk edukasi akhlak berbasis Al-Qur'an, integrasi nilai moral Islam didalam kurikulum pendidikan, dan motivasi masyarakat mengimplementasikan ajaran agama dalam interaksi sosial. Upaya ini diharapkan menciptakan perubahan positif yang monumental dan keselarasan dalam kehidupan sehari-hari.

[1] Tabroni, I., & Juliani, A. (2022). Peran Orang Tua Dalam Membina Akhlak Anak Pada Masa Pandemi Di Rt 64 Gang Mawar Iv Purwakarta. Jurnal Sosial Humaniora Dan Pendidikan, 1(1), 16-22.

[2] Budiarto, G. (2020). Indonesia dalam pusaran globalisasi dan pengaruhnya terhadap krisis moral dan karakter. Jurnal Pamator: Jurnal Ilmiah Universitas Trunojoyo, 13(1), hal. 50-56.

[3] Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar, Penerbit Pustaka Nasional PTE LTD Singapura, 1982M. Juz 7 hlm. 5573-5574.

[4] Eksanti, E. M. (2021). Akhlak Nabi Muhammad Dalam Buku Alwafa: Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad Saw. Spiritualita, 5(2), 54-72.

[5] Muhammad bin Isa bin Surah At-Tirmidhi, Jami' At-Tirmidhi, Penerbit Dar al-Gharb al-Islami - Beirut – Lebanon, 19961-998 M. Juz 3 Hlm. 545.

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    34
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    2
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Artikel Terkait