Tantangan Dakwah Muhammadiyah dalam Bingkai Realitas Digital dan Perkembangan IT
Oleh: Fajar Melda Kharisma (Anggota Ekowir PK IMM FAI UAD 2024-2025)
Dakwah merupakan titik fokus gerakan Muhammadiyah, bahkan dalam pengertiannya Muhammadiyah yaitu gerakan Islam dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah. Sejak awal berdirinya Muhammadiyah sudah di kenal sebagai Gerakan dakwah islam berkemajuaan yaitu tidak lepas dari peran kalangan teknologi maju seperti metode dakwah yang dilakukan oleh pendiri Muhammadiyah yaitu KH. Ahmad Dahlan. Pesan dakwah yang utama yaitu mengajak manusia untuk berbuat kebaikan dan meninggalkan kemungkaran seperti halnya semboyan Muhammadiyah yaitu QS. Ali-Imran:104, sehingga manusia terbebas dari kebatilan dan kebodohan (Mutaqin 2014).[1]
Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin maju menjadi peluang yang harus dimanfaatkan dengan baik khususnya untuk berdakwah. Di era sekarang strategi dakwah tidak harus dengan ceramah di mimbar namun bisa dikemas melalui digital karena banyak kalangan muda maupun tua telah menggunakan teknologi digital khususnya Medsos ( Puji, 2020, p.53). Medsos sudah menjadi suatu kebutuhan dalam hidup berdasarkan penelitian Aflimasi Penyedia Manfaat Web Indonesia (APJII) 2018 bahwa Jumlah pengguna media sosial di Indonesia mencapai 717.17 Juta orang. Disamping itu, Media sosial menjadi tantangan besar dalam bidang dakwah. Menurut Haidar Natsir, selaku ketua PP Muhammadiyah mengatakan bahwa 4 tantangan dakwah Muhammadiyah, salah satunya yaitu Muhammadiyah saat ini telah dihadapkan pada realitas baru dunia yang menjadikan media sosial dan perkembangan IT telah mempengaruhi pola hidup dan dakwah di Muhammadiyah. Oleh karena itu, dakwah Muhammadiyah harus lebih maju mengambil kancah terdepan untuk bisa menjawab tantangan zaman di era digital.[2]
Bagaimana Strategi Dakwah Muhammadiyah menjawab tantangan digitalisasi ?
Dakwah secara etimilogi berasal dari Bahasa arab kata da’a-yad’u yang berarti menyeru atau memanggil. Secara Terminilogi pendapat Ibnu Taimiyah dakwah yaitu menyeru untuk beriman kepada-Nya dan para utusan-Nya. Pendapat Prof. Dr. Hamka dakwah yaitu memanggil untuk berpendiriian yang berkonotasi positif (amar ma’ruf nahi munkar) menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Muhammad Natsir juga mengungkap bahwa berdakwah merupakan suatu usaha untuk menyeru dan menyampaikan kepada ummat manusia tentang tujuan hidup (Muhammad Nasir, 1971:25)[3]
Pendiri Muhammadiyah yaitu KH. Ahmad Dahlan nama kecilnya (Muhammad Darwis). Didirikan di kampung kauman Yogyakarta tepatnya 8 Dzulhijah 1330 H/ 18 November 1912 M dengan tujuan menjawab tantangan-tantangan ajaran islam pada zamannya. Oleh karena itu, dakwah Muhammadiyah ini bertujuan untuk mewujudkan Masyarakat islam yang sebenar-benarnya yang bersumber pada Al-Quran dan Hadits. Dakwah pada awal berdirinya Muhammadiyah masih menggunakan dakwah mimbar. Dakwah mimbar merupakan dakwah pencerahan yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan kepada Masyarakat sehingga melahirkan kader-kader baru Muhammadiyah atau mubaligh-mubalighah yang pada akhirnya menyebarluaskan pemikiran-pemikiran Muhammadiyah keseluruh penjuru bumi.
Dakwah Muhammadiyah sebelumnya cenderung menggunakan strategi dakwah Konvensional (dakwah ceramah mimbar, pengajian tatap muka ) kini telah cenderung menggunakan strategi komunikasi dakwah digital. Strategi dakwah yang digunakan sekarang nampak berkembang pesat, bukti fenomena tersebut telah banyak ditemukan situs media sosial salah satunya yaitu Instagram Pimpinan Pusat Muhammadiyah (@lensamu) yang bertujuan untuk menyebarluaskan ideologi maupun informasi agenda-agenda Muhammadiyah kepada Masyarakat luas terlebih lagi untuk generasi milenial yang sering berselancar di media sosial. Dari penelitian di lapangan ada beberapa media online yang sudah tergabung dalam sindikasi Media online Muhammadiyah (MediaMU) seperti portal Muhammadiyah online; klikmu.co, madrasahdigital.co, suaramuhammadiyah.id, suaraaisyiyah.id, Muhammadiyah.or.id, pwmu.co, rahma.id, dan sebagainya.[4] Dalam aktualisasi dakwah tidak hanya sekedar upaya dalam pengembangan pengetahuan keagamaan saja namun juga budi pekerti kehidupan.
Muhammadiyah menjawab tantangan dakwah era digital dengan melakukan strategi beberapa hal: Pertama, Inovasi dakwah digital yang kreatif, sehingga mampu diterima oleh semua kalangan khusnya gen Z segmen generasi baru. Berbicara strategi harus faham apa dan kepada siapa target dakwah disampaikan. Misal target dakwah harus sampai kepada kalangan muda yang lebih sering berseluncur di media sosial maka dapat melalui media seperti Podcast Instagram, twiter. Begitupun sebaliknya, jika target untuk kalangan usia senja atau pertengahan senja maka bisa melalui media sosial facebook atau melalui grup Whatsapp. Kedua, Mengangkat tema dakwah dari isu-isu terkini/ viral. Ketiga, Media virtual yang menyentuh hal-hal krusial dengan membagi informasi dakwah dan kemanusiaan.[5]
Era revolusi pemanfaatan teknologi menjadi sangat penting dalam komunikasi keagamaan (dakwah) dengan tujuan untuk menyeru Masyarakat islam berkemajuan watasaniyyah. Dakwah Islam adalah satu satu hal untuk berkomunikasi dengan menyampaikan pesan-pesan positif, olehkarenaitu keberhasilan dalam dakwah berpengaruh dalam beberapa komponen yaitu bagaimana cara menyampaikan; komunikasi, komunikator dan media (Aminudin 2018). Di era digitalisasi saat ini menggunakan teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu tantangan dakwah karena banyak pengaruh negative maupun positif dari kemajuan teknologi dan komunikasi. Menyikapi hal tersebut Muhammadiyah hadir dengan strategi dakwah yang mengoptimalkan penggunaan media sosial untuk menyampaikan pesan-pesan islam secara menarik dan dapat diterima untuk semua kalangan usia, budaya maupun ras sehingga terwujudnya masyarakat islam sebenar-benarnya yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits.
[1] Agus Triyono, Suranto Suranto, and Kuswaji Dwi Priyono, “Penguatan Dakwah Digital PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) Kota Surakarta Melalui Website Muhammadiyahsolo.Com,” Journal of Dedicators Community 4, no. 2 (2020): 107–18, https://doi.org/10.34001/jdc.v4i2.1062.
[2] Husna Nailin Naja, “Peran Dakwah Jama’ah Tabligh Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Islam Masyarakat Bangan Desa Boto Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban,” 2017, 102, http://etheses.iainkediri.ac.id/155/3/7. BAB II.pdf.
[3] Naja, Husna Nailin. “Peran Dakwah Jama’ah Tabligh Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Islam Masyarakat Bangan Desa Boto Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban,” 2017, 102.
[4] S H I Sholihul Huda and M Fil, Dakwah Digital Muhammadiyah (Pola Baru Dakwah Era Disrupsi) (Samudra Biru, 2022).
[5] Sugeng Riyanto and Zein Munfarih Muktaf, “Pemanfaatan Teknologi Digital Dalam Inovasi Dakwah Muhammadiyah Di Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tempel, Sleman, Yogyakarta,” in Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat, 2022.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow