Menu
Close
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Fakultas Agama Islam UAD

ISU FEMINISME DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN URGENSI SKILL PUBLIC SPEAKING BAGI WANITA

ISU FEMINISME DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN URGENSI SKILL PUBLIC SPEAKING BAGI WANITA

Smallest Font
Largest Font

Oleh: Muhammad Ziya Ul Albab 

MENGENAL FEMINISME PERSPEKTIF ISLAM

Isu tentang gerakan feminisme dewasa ini kian berkembang dan marak dibahas. Hal itu merupakan salah satu pengejawantahan dari gerakan emansipasi wanita. Wanita sering dimarginalisasikan  dalam berbagai lini kehidupan. Berbagai narasi-narasi yang cenderung mementingkan laki-laki dan mengenyampingkan perempuan menjadi faktor pendukung gerakan feminisme semakin kuat. Di antara para pejuang feminisme ini, yaitu Aisyah Taimuniah (Mesir), Zainab Fawwaz (Lebanon), Rokeya Sakhawat Hosein, Nazzar Sajjad Haydar dan Ruete (Zanzibar), Taj Sultanah (Iran), Huda Sya’rawi, Malak Hifni Nasir, dan Nabawiyah Musa (Mesir), Fatma Aliye (Turki), mereka ini dikenal lantang dalam membangun kesadaran atas persoalan gender serta melawan ideologi masyarakat yang memarginalkan perempuan.[1] Banyak dari mereka yang belajar di Eropa dan mengadopsi feminisme ini lalu mereka kembangkan di kampung mereka dan diberi istilah Tahrir Al Mar'ah (Pembebasan Perempuan).[2]

Bila kita melihat sejarah, maka Islam telah mengajarkan tentang kesetaraan gender. Bisa kita lihat diberbagai nash Al Quran dan Hadis Nabi . Misalnya hadis tentang syariat untuk melakukan aqiqah atas anak laki-laki dan perempuan, hadis itu hadir karena kondisi sosiokultural masyarakat yang membenci kelahiran anak perempuan. Dengan adanya hadis itu menjadi cara Nabi untuk menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan mesti sama-sama dimuliakan. Ada lagi hadis tentang istri yang dilaknat jika tidak memenuhi keinginan suami, secara tekstual memang seolah menyudutkan perempuan, akan tetapi jika pemahaman terhadap hadis tersebut ditelaah lebih mendalam maka hadis tersebut juga mengisyaratkan agar suami juga harus memuliakan istri, karena jika tidak demikian keduanya akan berpotensi untuk dilaknat Allah سبحانه و تعالى.

Berbicara mengenai gerakan feminisme Islam (Harakah Tahrir Al Mar’ah) ternyata ia ditempuh dengan beberapa cara, pertama dengan memberdayakan kaum perempuan lewat berbagai lembaga keperempuanan, kedua penulisan buku dengan berbagai tema yang menyinggung tema keperempuanan, ketiga melalui kajian historis tentang kedudukan laki-laki dan perempuan, keempat melakukan kajian kritis terhadap naskah Al Quran dan Hadis yang sering dianggap bias gender.[3]

Al Quran adalah satu-satunya kitab suci yang menjadi penggagas pertama tentang konsep keadilan gender. Zaman sebelum turunnya Al Quran cenderung banyak yang tidak memuliakan perempuan. Ketika Islam datang dengan Al Quran dan Hadisnya, lalu Al Quran dan Hadis itu dijadikan nilai normatif sekaligus implementatif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, maka saat itulah wanita menjadi mulia. Dalam Al Quran ada beberapa ayat yang membahas tentang kesetaraan gender dalam berbagai konteks.[4] Pertama sebagai hamba Allah (QS. Adz Dzariyat ayat 56, QS. Al Hujurat ayat 13, QS. An Nahl ayat 97). Kedua sebagai khalifah atau pemimpin di bumi Allah (QS. Al An’am ayat 165). Ketiga tentang perjanjian manusia bahwa ia adalah hamba Allah (QS. Al A’raf ayat 172). Keempat sebagai aktor dalam berbagai dinamika kehidupan (QS. Al Baqarah ayat 35, 187, QS. Al A’raf ayat 20,21,22). Kelima sebagai makhluk yang sama-sama punya potensi dan prestasi (QS. Ali Imran ayat 195, An Nisa’ ayat 124, QS. Ghafir ayat 40).

Berangkat dari fakta tersebut maka sejatinya Islam sudah menggagas gerakan feminis sejak dulu, hanya saja waktu itu belum ada istilah feminis. Menyikapi hal ini maka kita perlu mengusahakan gerakan feminisme yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Gerakan feminisme non keislaman cenderung menghadirkan perempuan yang melakukan eksploitasi dan superioritas laki-laki atas perempuan. Feminisme dalam Islam merupakan upaya untuk menciptakan kesetaraan, keadilan, dan keseimbangan antara laki-laki dan perempuan.[5] Fokusnya adalah sama-sama mendapatkan keadilan sesuai dengan tugas, fungsi, dan tanggung jawab masing-masing pihak.

MENGENAL PUBLIC SPEAKING

Ketika kita semua sudah melek dengan gerakan feminisme Islam, maka kita juga tidak boleh mengabaikan kompetensi yang bisa menunjang perempuan agar bisa berkontribusi positif secara maksimal bagi masyarakat. Salah satu kompetensi itu adalah kemampuan berbicara di depan umum atau public speaking. Public Speaking adalah salah satu cabang ilmu komunikasi. Dalam Islam, komunikasi berbanding lurus dengan penciptaan manusia pertama, yakni Nabi Adam A.S.[6]Ketika Allah menciptakan Nabi Adam A.S  Allah juga menciptakan berbagai perangkat-perangkat yang bisa menunjang akan kebutuhan Nabi Adam itu sendiri.  Allah ciptakan pendengaran, penglihatan, lidah, mulut, serta hati. Allah juga ajarkan Nabi Adam tentang nama-nama atau asma’, seolah menjadi isyarat bagi kita bahwa kalau ingin lancar berbicara kita perlu memperbanyak kosakata.

Public Speaking juga dikenal dengan istilah retorika, dalam bahasa Inggris yaitu rethoric dan dalam bahasa Yunani yaitu rhet yang artinya orang yang tangkas dan terampil dalam berbicara. Semakin berkembang zaman retorika berubah menjadi public speaking yang tujuannya persuasif atau memengaruhi pendengar untuk mengikuti apa yang disampaikan pembicara.[7] Dalam proses public speaking ada empat metode dalam penyampaian publik speaking. Pertama metode impromptu yaitu tanpa persiapan dan memerlukan improvisasi. Kedua metode manuscript yaitu dengan mencatat secara detail apa yang mau disampaikan. Ketiga metode memorized yaitu dengan menghafal setiap diksi dan narasi yang akan disampaikan. Keempat metode mengingat kata kunci atau garis besar pembahasan.[8] Pada zaman modern ini public speaking dianggap semakin penting seiring dengan bertambahnya kesadaran masyarakat agar bisa berbicara dengan baik dan benar di depan umum. Suatu dialog yang harmonis memerlukan jalinan interaksi yang baik, interaksi yang baik akan tercapai jika komunikasinya sehat, komunikasi yang sehat itu membutuhkan kemampuan untuk saling mengerti dan memahami dan public speaking juga mengambil peran dalam hal ini.[9]

Berikut beberapa cara paling dasar yang bisa diterapkan dalam melakukan public speaking. Pertama, siapkan bahan yang akan disampaikan dengan cara membaca buku, membaca jurnal, menonton youtube, mendengarkan podcast, dan berdiskusi dengan orang yang berkompeten, agar kita bisa meminimalisir kesalahan dalam penyampaian materi. Kedua, cobalah untuk memahami setiap pokok pikiran dari materi yang akan disampaikan. Usahakan untuk memahami sekaligus menghapal materi sehingga jika kita terlupa materi, kita masih bisa berimprovisasi dari apa yang telah kita pahami. Ketiga sering-sering berlatih menyampaikan gagasan atau materi kita. Pada tahap ini pelajari juga teknik-teknik yang biasa kita dengar dalam public speaking, seperti menggunakan mimik wajah, gerak tubuh, gerak tangan, artikulasi vokal, sampai kepada intonasi dalam berbicara. Keempat perbanyaklah jam terbang kita. Ketika ada tawaran untuk berbicara dikelas, di sambutan acara, diskusi publik, presentasi esai, dan lain sebagainya, maka ambil kesempatan bicara tersebut untuk meningkatkan jam terbang kita. Ketika jam terbang kita sudah banyak maka kita akan memiliki banyak pengalaman dan punya banyak opsi dalam menyikapi berbagai kesulitan yang kita hadapi dalam public speaking.

Public speaking juga termasuk skill yang berkaitan dengan psikologis seseorang. Orang yang punya rasa takut berlebihan atau phobia terhadap public speaking disebut dengan glossophobia. Orang yang mengidap phobia ini juga memiliki gejala yang beragam, mulai dari gejala yang ringan sampai gejala berat yang bisa mengganggu proses berpikir dan berbicara seseorang.[10] Adapun  narasi yang mengatakan bahwa public speaking itu tidak punya metodologi yang absolut dan mutlak agar bisa menguasainya. Berbagai teknik dan metodologi yang ada hanyalah ragam langkah ibarat kunci inggris yang bisa menjadi opsi. Setiap orang memilih cara masing-masing dalam menguasai public speaking. Sejatinya langkah pertama yang mesti diambil adalah memberanikan diri dan terus menerus belajar dan praktek berbicara di depan umum, sehingga diri kita mulai terbiasa dan teknik-teknik public speaking yang ada bisa menyusul kemudian. Seorang public speaker asal Pekanbaru yakni, Riko Abu Al Fatih menyatakan[11] “Anda hanya harus berani memulai, setelah itu jalani prosesnya dengan baik.”

FEMINISME ISLAM DAN PUBLIC SPEAKING UNTUK WANITA

Dengan adanya gerakan feminisme perspektif Islam bisa membuka peluang yang lebih besar dan luas untuk setiap orang khususnya perempuan dalam mencapai cita-cita mereka. Perempuan juga bisa berperan lebih aktif di masyarakat tanpa perlu takut diperlakukan secara diskriminatif seperti pada zaman-zaman terdahulu. Sejalan dengan itu, wanita bisa belajar dan menggunakan kemampuan publik speakingnya untuk menyebarluaskan gagasan-gagasan dan ide baiknya bagi khalayak umum. Dari wanita bisa bermakna untuk semua.

[1] Ariana Suryorini, ‘Menelaah Feminisme dalam Islam’, Jurnal Sawwa. Vol. 7 No. 2, Halm. 21.

[2] Ariana Suryorini, ‘Menelaah Feminisme dalam Islam’, Jurnal Sawwa. Vol. 7 No. 2, Halm. 22.

[3] Ibid. hlm. 25.

[4] Ibid. hlm. 27.

[5] Sahrani Adaruddin, Feminisme Perspektif Islam’, Jurnal Al Wardah: Jurnal Kajian Perempuan, Gender, dan Agama. Ternate: IAIN Ternate, Volume 14, Nomor 2, Tahun 2020, Halaman 245.

[6] Hajani Hefni,’ Perkembangan Komunikasi Islam’, Jurnal Komunikasi Islam. Surabaya: UIN Sunan Ampel. Volume 4, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 326.

[7] Siti Aisyah, ‘Public Speaking dan Kontribusinya Terhadap Dai’, Jurnal Ilmu Dakwah. Semarang: UIN Walisongo, Volume 37, Nomor 2, Tahun 2017 Halaman 201.

[8] Ibid, hlm. 202.

[9] Zaka Putra Ramdani, Gesture: Mengungkap Makna di Balik Bahasa Tubuh Orang Lain dari Mikroekspresi hingga Makroekspresi, (Klaten: Jendela Penerbit 2021), halaman 3.

[10] Riko Abu Al Fatih, Rahasia Jago Bicara: Semua Bisa Jago Berbicara, Asal Tahu Polanya, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo 2023), Halaman 2

[11] Ibid, hlm. 6.

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Artikel Terkait